Powered By Blogger

Rabu, 18 November 2015

susunya susu kita

Sapi susu dapat digembalakan oleh petani maupun dipelihara di dalam kandang secara komersial, dalam usaha peternakan susu. Ukuran peternakan dan jumlah sapi susu dapat bervariasi tergantung luas kepemilikan lahan dan struktur sosial. Di Selandia Baru, jumlah kepemilikan sapi susu rata-rata 375 ekor per peternak.[2] Di Australia, jumlah kepemilikan sapi susu rata-rata adalah 220 ekor per peternak.[3] Di Inggris, terdapat dua juta ekor sapi susu dengan rata-rata kepemilikan 100 ekor.[4] Di Amerika Serikat, jumlah kepemilikan sapi bervariasi antara selusin hingga 15000 ekor.[5] Sedangkan di Indonesia, kepemilikan sapi susu rata-rata hanya 4 ekor per peternak.[6]
Untuk mempertahankan periode laktasi, sapi susu harus beranak. Tergantung kondisi pasar, sapi susu dapat dikawinkan dengan pejantan dari ras yang sama dengan sapi susu dengan harapan untuk mendapatkan betina penghasil susu, atau dengan pejantan sapi pedaging. Jika didapatkan sapi betina penghasil susu yang produktif, dapat dipertahankan untuk dijadikan generasi pengganti sapi susu yang telah tua. Jika didapatkan sapi betina non-produktif atau sapi jantan, maka dapat dijadikan sapi pedaging. Peternak dapat memilih untuk membesarkannya sendiri, atau dijual ke penggemukan sapi. Sapi muda juga dapat disembelih untuk mendapatkan daging sapi muda. Peternak sapi susu umumnya mulai melakukan inseminasi buatan pada sapi betina di usia 13 bulan[7] dengan masa kehamilan sekitar sembilan bulan.[8] Anak sapi yang baru lahir dipisahkan segera dari induknya, umumnya setelah tiga hari karena hubungan antara anak sapi dan induknya dapat bertambah intens seiring dengan berjalannya waktu sehingga pemisahaannya dapat menyebabkan stress bagi induk sapi.[9]
Sapi dapat hidup hingga usia 20 tahun, namun sapi yang dibesarkan untuk diperah jarang sekali dipertahankan hingga usia tersebut, karena ketika sapi perah tidak produktif, akan disembelih.[10][11] Pada tahun 2009, setidaknya 19% stok daging yang disuplai oleh Amerika Serikat berasal dari sapi susu yang tidak produktif.[12] Selain karena tidak lagi produktif, sapi susu yang sudah tua rentan terhadap penyakit seperti mastitis yang dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan.[11]
Di India dan Nepal, masyarakat penganut agama Hindu memuja sapi sehingga menyembelihnya dapat dikategorikan sebagai sebuah dosa. Penyembelihan sapi dilarang di sebagian besar India dan menjadi masalah yang dipertentangkan di wilayah yang diizinkan.[13] Sapi susu yang tidak produktif dapat terlihat berkeliaran di jalanan kota dan dibiarkan begitu saja karena mereka akan meninggal karena sakit atau usia lanjut. Beberapa organisasi hindu membangun rumah singgah khusus sapi yang disebut denganGoshala untuk tempat peristirahatan terakhir.[14]

Tingkat produksi susu[sunting | sunting sumber]

Sapi susu menghasilkan sejumlah besar susu sepanjang hidupnya, yaitu berkisar 6800 sampai 17000 kg per masa laktasi. Sapi ras tertentu menghasilkan susu lebih dari yang lain. Rata-rata susu yang dihasilkan di Amerika Serikat adalah 9164.4 kg per ekor per tahun, tidak termasuk susu yang dikonsumsi anaknya.[15] Sedangkan di Israel mencapai 12240 kg berdasarkan data tahun 2009.[16] Usaha peternakan sapi perah di daerah tropis memiliki hambatan lebih, terutama pada tingginya temperatur dan kelembaban yang tidak disukai oleh sapi perah. Di CirebonJawa Barat, satu ekor sapi hanya menghasilkan maksimal sekitar 4500 liter susu per ekor per masa laktasi. Turunan dari sapi yang dikembangbiakan di daerah tropis, meski dari ras yang sama, menghasilkan susu yang lebih rendah dari induknya.[17] Temperatur udara yang tinggi diketahui mengurangi penyerapan nutrisi pakan oleh sapi[18] sehingga berpotensi mengurangi produksi susu.
Usia harapan hidup sapi susu sangat terkait dengan tingkat produksi susu.[19] Sapi dengan tingkat produksi susu yang rendah dapat hidup lebih lama dibandingkan sapi dengan tingkat produksi susu yang tinggi, namun hal ini tidak menunjukkan seberapa menguntungkan sapi jenis tertentu. Sapi yang tidak lagi memproduksi susu dengan jumlah yang menguntungkan akan disembelih. Daging dari sapi susu tersebut biasanya berkualitas rendah sehingga hanya dijadikan daging terproses (sosis, dan sebagainya).
Tingkat produksi susu umumnya dipengaruhi oleh tingkat stress dari sapi. Pakar psikologi dari Universitas Leicester, Inggris, menemukan bahwa musik tertentu disukai oleh sapi susu dan mempengaruhi masa laktasi dan produksi susu. [20]

Nutrisi[sunting | sunting sumber]

Sapi perah di dalam kandang
Nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan sapi. Pemberian nutrisi yang tepat dapat meningkatkan produksi dan performa reproduksi sapi.[21] Nutrisi yang dibutuhkan dapat berbeda-beda tergantung pada usia dan tahap pertumbuhan sapi.
Hijauan, terutama rerumputan dan jerami merupakan jenis pakan yang paling banyak digunakan. Serealia seperti barley banyak digunakan sebagai pakan tambahan di berbagai negara beriklim sedang karena merupakan sumber proteinenergi, dan serat yang baik.[22]
Pemenuhan kadar lemak pada tumbuh sapi penting dalam menjaga produktivitas susu. Sapi yang terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat menimbulkan masalah pada kesehatannya maupun sistem reproduksinya.[23] Pemberian suplemen lemak diketahui dapat menguntungkan masa laktasi sapi. Suplemen lemak yang dimaksud terutama asam oleat yang ditemukan pada minyak kanolaasam palmitat yang ditemukan pada minyak sawit, dan asam linoleat yang ditemukan pada biji kapasbunga matahari, dan kedelai.[24]Pemberian suplemen lemak yang tepat juga dapat meningkatkan usia harapan hidup sapi.
Pemanfaatan produk samping suatu usaha budi daya tanaman merupakan salah satu cara dalam mengurangi biaya pemberian pakan. Namun jenis pakan yang diberikan tidak bisa sembarangan karena dapat menyebabkan penyakit.[25] Daun jagung, daun kedelai, dan daun singkong dapat dijadikan pakan tambahan bagi sapi, di mana kesemuanya merupakan produk samping pembudidayaan tanaman pertanian. Daun singkong memiliki kandungan protein kasar sebanyak 28.66 persen, lebih tinggi dibandingkan kadar protein rumput gajah yang hanya 13.13 persen.[26]

gembala sapi perah

Mengenal Jenis-Jenis Sapi Perah

Jenis Jenis Sapi PerahJenis-Jenis Sapi Perah

Pada dunia hewan, sapi menjadi salah  satu hewan  yang menghasilkan susu.  Selain  sapi memang ada hewan-hewan lain penghasil susu seperti  kambing, kuda, kerbau dan unta. Walaupun  dibeberapa daerah  susu kambing,  susu kuda maupun  susu  hewan  lainya juga  dikonsumsi, tapi  tetap yang menjadi favorit adalah susu  sapi.
Susu  sapi memang masih menjadi minuman pilihan untuk melengkapi gizi  tubuh,sampai-sampai susu sapi masuk  kedalam daftar makanan empat sehat lima  sempurna. Dan penyempurnanya adalah susu sapi. Tapi  tidak semua sapi bisa diambil susunya, hanya sapi perah yang bisa diambil susunya.

Macam-Macam Jenis Sapi Perah

Sapi memiliki dua jenis yaitu sapi pedaging dan juga sapi perah. Selain itu dalam dunia hewan sapi perah juga memiliki beberapa jenis. Berikut jenis-jenis sapi perah:
  • Sapi Perah Brown Swiss

Sapi perah jenih brown swiss ini menghasilkan  susu yang sangat  bagus digunakan untuk  membuat keju  karena kandungan proteinya yang tinggi. Sapi perah jenis ini memiliki ciri bertubuh besar, gagah, warna putih mulus dan tubuh yang panjang.
  • Sapi Perah Aryshire

Sapi perah jenis aryshire ini terkenal mampu menghasikan susu dalam jumlah yang melimpah dan menghasilkan susu sekitar14.000 liter dengan kandungan lemak  sekitar 3,8%. Sapi perah jenis ini memiliki ciri tubuh yang besar,tinggi, ekor panjang dengan bulu lebat, serta warna kombinasi putih dan coklat tua.
  • Sapi Perah Guernsey

Sapi perah guernsey ini menghasilkan susu yang memiliki warna cenderung kuning yang disebabkan oleh kandungan vitamin A nya yang tinggi, disamping kandungan lemak dan proteinnya. Susu yang dihasilkan oleh sapi perah jenis ini cocok  digunakan untuk bahan membuat mentega. Ciri sapi perah jenis guernsey ini memiliki fisik yang lebih kecil dibanding sapi perah lainnya,namun lebih cepat masuk masa dewasa.
  • Sapi Perah Holstein

Sapi perah holstein ini menjadi sapi perah primadona diseluruh penjuru dunia. Sapi perah jenis mampu menghasilkan 19.000 liter susu dengan  kandungan lemak 3,7%.  Sapi yang berasal dari belanda ini memiliki ciri tubuh yang besar, kantong susu yangbesar,ekor panjang dengan bulu lebat, dan warna putih hitam.
  • Sapi Perah Jersey

Sapi perah  jersey memiliki unkuran terkecil diantara sapi-sapi perah lainnya. Jenis sapi perah yang satu ini memang sedikit menjadi pilihan sapi perah yang tersisihkan karena sapi ini hanya  mampu  menghasilkan susu dengan jumlah yang sedikit. Namun sapi perah jenis ini tetap berharga karena kandungan lemaknya tinggi.

Memilih Sapi Perah Ternak Yang Sehat

Sapi perah yang sehat adalah pilihan yang  terpenting disamping memilih jenis-jenis sapi perah yang akan diternakan. Memilah dan memilih sapi-sapi yang akan diternakan haruslah dengan teliti agar tidak salah pilih sapi yang penyakitan. Perhatikan  kondisi mata, mulut, kaki  dan bagian lainnya. Pelajari ciri-ciri sapi yang tidak sehat dan sapi  yang sehat

kancil satwa harapan kita

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia sehingga mendapat sebutan Megadiversity Country. Keanekaragaman Ini mencakup ekosistem, spesies, dan genetis yang berada di darat, perairan air tawar, di kawasan pesisir, dan laut. Padahal luas daratan Indonesia hanya 1,5% dari luas dunia (Bappenas, 2003). Kekayaan yang berupa keanekaragaman hayati ini perlu dijaga dan dilestarikan agar masih dapat dinikmati di masa yang akan datang. Salah satu keanekaragaman hayati tersebut adalah kancil (Tragulus javanicus) yang saat ini populasinya mengalami penurunan dan diperkirakan terancam punah. Kepunahan satwa liar pada umumnya disebabkan oleh tingkah laku manusia yang tidak bertanggung jawab. Penjualan satwa secara ilegal dan perburuan liar yang terus berlangsung tanpa menghiraukan waktu perkembangbiakan dapat menyebabkan populasi kancil di habitat aslinya berkurang.
            Manfaat yang diperoleh dari makalah ini yaitu mengetahui tata cara pemeliharaan kancil yang baik, yang dapat mendorong seseorang untuk membudidayakan hewan langka.








BAB II
PEMBAHASAN
1.      Klasifikasi dan Morfologi
Kancil atau Tragaulus Javanicus atau pelanduk Kancil merupakan hewan ruminansia terkecil yang pertama kali ditemukan di pulau Jawa, kancil termasuk ke dalam hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari, tidak banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap lingkungan sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar penangkaran mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara manusia, dan suara yang berasal dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil terhadap gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari menuju tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya.
Kancil diklasifikasikan kedalam kingdom Animalia, sub kingdom Metazoa, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactila, sub ordo Ruminansia, famili Tragulidae, dan genus Tragulus. Genus Tragulus dibagi menjadi tiga spesies yaitu Tragulus napu dengan berat antara 5-8 kg, T. meminna dengan berat 2.25-2.70 kg, dan T. javanicus dengan berat 2-2.5 kg. Kancil merupakan hewan herbivora. Ukuran panjang badannya antara 45-100 cm dengan tinggi antara 20-40 cm. Satwa ini memiliki kepala kecil, moncong mulut lebar dengan rambut yang sedikit di bagian hidung, matanya lebar tanpa kelenjar air mata, telinganya kecil dan memusat. Lehernya pendek dan tidak bertanduk. Kancil memiliki empat kaki, kuku semu lebih lemah daripada kuku tengah.
2.         Habitat dan Status Konservasi
Kancil merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, status konservasi kancil bersama semua anggota genus Tragulus merupakan satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia (Departemen Kehutanan, 1999). IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource) menyatakan kancil berstatus terancam punah (endangered species).
3.         Manfaat Pemeliharaan Kancil
            Kancil digunakan sebagai salah satu hewan yang potensial untuk dijadikan sumber protein hewani. Rataan karkas kancil sebesar 52,03%. Persentase karkas kancil jantan lebih kecil daripada kancil betina. Kancil jantan memiliki berat organ-organ non-karkas yang lebih berat dibanding kancil betina. Kancil memiliki persentase karkas tidak jauh berbeda dengan kambing dan domba (Rosyidi, 2005). Rataan karkas kancil, kambing, dan domba tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Karkas Kancil, Kambing, dan Domba
Jenis hewan
Rentangan %
Rataan (%)
Kancil
47,14-55,68
52,03
Domba
45,00-57,00
52,00
Kambing Kacang
40,72-44,22
42,46
Kambing Peranakan Etawa
43,37-49,76
46,65
Sumber : (Rosyidi, 2005)

Kandungan asam amino kancil relatif tinggi dan lengkap dibandingkan dengan ternak lainnya kecuali kerbau. daging kancil memiliki daya mengikat air rendah, susut masak besar, dan sangat empuk. Daging kancil matang memiliki kesan juiceness sedang, empuk, tekstur agak halus, dan rasa yang gurih. Daging kancil jantan maupun betina tidak berbeda nyata secara fisik maupun organoleptik, kecuali untuk warna daging matang betina lebih cerah dibandingkan jantan. manfaat dari mengkonsumsi daging kancil bisa meningkatkan ketahanan tubuh serta bisa membuat tekanan darah menjadi tinggi. Kancil sangat cocok jika dikonsumsi oleh orang yang tekanan darahnya sangat rendah. Sedangkan untuk orang yang memiliki penyakit darah tinggi, tidak dibenarkan untuk memakan daging kancil.
4.         Feeding Behavior Kancil
Kancil memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan mengendus-endus pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar menggunakan gigi geraham sebelum ditelan. Beberapa pakan yang disukai kancil adalah pisang, kacang panjang, kangkung, pepaya, jambu biji, jagung, mentimun, tomat, wortel, dan bayam. Penggunaan otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan pada domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkut pakan, sedangkan pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Dedaunan yang dikonsumsi oleh kancil umumnya daun-daun beserta batang mudanya, karena pada fase tersebut dedaunan masih lembut dan palatable, mudah dicerna, dan masih rendahnya kandungan tanin dan ligninnya.
Aktivitas minum pada kancil sangat jarang dilakukan. Aktivitas minum hanya diketahui 1-2 kali saja. Pengamatan yang dilakukan di Kebun Binatang Surabaya aktivitas minum tidak pernah dilakukan. Kebutuhan air diduga sudah terpenuhi dari makanan yang didapat. Kemampuan menahan haus pada kancil diduga karena kemampuan dinding sel darah merah kuat sehingga mampu menahan terjadinya hemolisis.
5.         Reproduksi Kancil
Pada masa kawin umumnya sering terjadi perkelahian sesama jantan untuk memperebutkan pasangannya yaitu betina yang sedang birahi. Pada jantan masa birahi ditandai adanya benjolan pada dagu. Jumlah anak yang akan dilairkan dipengaruhi oleh lamanya si kancil betina bunting. Kancil mencapai dewasa kelamin pada umur antara 4 sampai 5 bulan. Ditambahkan bahwa hewan kancil betina mencapai dewasa kelamin termuda pada umur 125 hari dan kancil jantan pada umur 166 hari. Adapun lama kebuntingan hewan kancil adalah sekitar 134 + 2 hari. Lama berahi kancil bertina adalah 35jam. Perkawinan pada kancil umumnya dilakukan dengan memasukkan kancil jantan ke dalam kandang betina.  Kancil betina biasanya melahirkan 1 anak atau 2 anak setelah masa kehamilan 4 bulan.

6.         Kandang Kancil
Kandang yang digunakan adalah kandang aktivitas dan dilengkapi dengan
gorong-gorong dari beton sebagai tempat istirahat atau tidur bagi kancil. Kandang berukuran panjang 455 cm, lebar 260 cm, dan tinggi 220 cm dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.



Lampiran 1. Gambar Kancil

http://m.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/media/images/kancil3/11055723-1-ind-ID/kancil_large.jpg               http://genetika21.files.wordpress.com/2008/05/kancil.gif
https://i.ytimg.com/vi/VOsXqRBsqf4/hqdefault.jpg      http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/02/3d/0b/ab/pelanduk-sang-kancil.jpg


           
           







DAFTAR PUSTAKA
            Bagus, B. A. 2011. Tingkah laku kancil (tragulus javanicus) yang berhubungan  dengan  aktivitas makan di penangkaran. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.


            Israil, I., D. Rusyidi dan Kuswantoro. 2007. Studi tentang biologi reproduksi dan kebutuhan pakan Kancil yang dipelihara di penangkaran. J. Ternak Tropika Vol 7 No. 2, 28-35,

thankyou you make me fly